Saya bukan sekali dua berjumpa dengan seseorang yang under estimate pada kemampuan orang lain. Saat secara spontan saya mengecamnya, saya baru sadar bahwa saya juga bisa seperti itu diwaktu dan kesempatan yang berbeda. Bukan sekali dua saya berperilaku demikian, under estimate pada kemampuan orang lain dan nantinya baru terperangah, “Oh , ternyata ia lebih cerdas dari apa yang saya bayangkan”
Read More...
Kadang ada rasa bangga karena saya menguasai suatu pengetahuan yang tidak diketahui oleh setiap orang. Saya merasa berbesar hati karena punya nilai lebih. Saya menjadi senior terhadap junior-junior saya, yang datang belakangan maupun lahir setelah era saya.
Benarkah demikian, bahwa kita selalu menjadi senior dalam segala hal ?
Ternyata tidak juga. Banyak nilai lebih pengetahuan yang saya miliki yang ternyata hanya karena sebab kebetulan semata. Hanya sebab karena saya tahu lebih dulu dibandingkan dengan yang lain. Saya mungkin menjadi senior dalam suatu hal bukan karena kemampuan dan kelebihan saya melainkan karena saya mendapat pengetahuan itu lebih dulu.
Jika orang lain mendapat kesempatan yang sama dengan saya, atau lahir bersamaan dengan saya, atau menempuh jalur pendidikan yang sama dengan saya, mungkin ia lebih segalanya dibandingkan saya. Tidak sepantasnya saya under estimate pada orang lain hanya karena saya sekedar tahu lebih dulu.
Ternyata, kemampuan seseorang tidak dibatasi oleh usia, latar belakang pendidikan maupun lingkungan. Bisa saja ada orang lain dengan usia jauh dibawah saya namun memiliki kemampuan diatas saya. Bukan sesuatu yang aneh jika ada orang lain yang hampir tak pernah sekolah namun memiliki kebijaksanaan dan sifat positif jauh dari apa yang sekedar saya banggakan. Saya boleh berbangga pada gelar, pada pendidikan saya yang saya tempuh jauh dimana-mana, pada pengalaman saya berkelana ke berbagai tempat dan tujuan, namun apakah itu menjadi kelebihan saya yang memberikan hak pada saya untuk melabeli seseorang dengan sebutan junior, awam maupun jelata, tentu tidak sesederhana itu.
Pada akhirnya berbagai pencarian memberikan makna, kita boleh berbangga pada segala kemampuan dan kelebihan yang kita miliki namun kesemuanya tidak serta merta memberikan hak pada kita memberikan label pembeda. Kita mungkin cerdas, kita mungkin pintar namun itu hanya karena kita tahu lebih dulu, tepat waktu pada frasa kapan dan dimana.
Benarkah demikian, bahwa kita selalu menjadi senior dalam segala hal ?
Ternyata tidak juga. Banyak nilai lebih pengetahuan yang saya miliki yang ternyata hanya karena sebab kebetulan semata. Hanya sebab karena saya tahu lebih dulu dibandingkan dengan yang lain. Saya mungkin menjadi senior dalam suatu hal bukan karena kemampuan dan kelebihan saya melainkan karena saya mendapat pengetahuan itu lebih dulu.
Jika orang lain mendapat kesempatan yang sama dengan saya, atau lahir bersamaan dengan saya, atau menempuh jalur pendidikan yang sama dengan saya, mungkin ia lebih segalanya dibandingkan saya. Tidak sepantasnya saya under estimate pada orang lain hanya karena saya sekedar tahu lebih dulu.
Ternyata, kemampuan seseorang tidak dibatasi oleh usia, latar belakang pendidikan maupun lingkungan. Bisa saja ada orang lain dengan usia jauh dibawah saya namun memiliki kemampuan diatas saya. Bukan sesuatu yang aneh jika ada orang lain yang hampir tak pernah sekolah namun memiliki kebijaksanaan dan sifat positif jauh dari apa yang sekedar saya banggakan. Saya boleh berbangga pada gelar, pada pendidikan saya yang saya tempuh jauh dimana-mana, pada pengalaman saya berkelana ke berbagai tempat dan tujuan, namun apakah itu menjadi kelebihan saya yang memberikan hak pada saya untuk melabeli seseorang dengan sebutan junior, awam maupun jelata, tentu tidak sesederhana itu.
Pada akhirnya berbagai pencarian memberikan makna, kita boleh berbangga pada segala kemampuan dan kelebihan yang kita miliki namun kesemuanya tidak serta merta memberikan hak pada kita memberikan label pembeda. Kita mungkin cerdas, kita mungkin pintar namun itu hanya karena kita tahu lebih dulu, tepat waktu pada frasa kapan dan dimana.