PEMODELAN SISTEM PENGOLAHAN MANUSIA dan KOMPUTER
SKETSA dibawah menunjukkan salah satu model antarmuka antara manusia dan komputer. Diagram sebelah kanan merupakan model sederhana dari suatu sistem konvensional dan pada sebelah kiri merupakan model dari penggunan manusia. Peralatan masukan (input device), misalnya keyboard, memungkinkan user memesukkan data ke komputer, dan peralatan keluaran (output device), misalnya layar penampil, menampilkan hasil operasi dari komputer untuk disajikan kepada user. Keluaran dari komputer dimonitor oleh sensor pemakai (biasanya mata dan telinga) dan masukan ini dilewatkan ke perespon sistem pemrosesan kognitif manusia, yang membangkitkan suatu respon (misalnya jari-jari). Pengoperasioan peralatan masukan untuk memerintah operasi yang akan dilakukan oleh komputer.
Sistem pemrosen manusia merupakan sistem yang sangat kompleks, sulit dimengerti dan tidak bisa diukur secara akurat atau disajikan secara utuh dalam suatu pemodelan. Bagaimanapun, sebagai pendekatan pemodelan yang pertama dapat disajikan dan berisi 3 (tiga) bagian yaitu pemrosesan persepsi (perceptual processing), pemrosesan intelektual atau kognitif (intelectual or cognitive processing), dan kontrol motorik (motor control) yang ketiganya berhubungan dengan memori manusia. Pemodelan ini sangat mirip dengan pemodelan komputer konvensional yang terdiri dari prosesor, memory dan interaksi antara keduanya dengan melewati bus-bus. Kemiripan ini semata-mata untuk pemodelan proses dan tidak perlu disajikan dalam operasi sesungguhnya dalam suatu sistem pengolahan manusia. Kenyataanya, otak merupakan suatu jaringan neuron paralel yang bersifat masif dan memungkinkan manusia melakukan kegiatan secara paralel. Bagaimanapun, meskipun masih terbatas, model ini menyediakan pandangan yang bermanfaat bagi pengolahan pada manusia.
Model Sistem Pengolahan pada ManusiaSKETSA dibawah menunjukkan salah satu model antarmuka antara manusia dan komputer. Diagram sebelah kanan merupakan model sederhana dari suatu sistem konvensional dan pada sebelah kiri merupakan model dari penggunan manusia. Peralatan masukan (input device), misalnya keyboard, memungkinkan user memesukkan data ke komputer, dan peralatan keluaran (output device), misalnya layar penampil, menampilkan hasil operasi dari komputer untuk disajikan kepada user. Keluaran dari komputer dimonitor oleh sensor pemakai (biasanya mata dan telinga) dan masukan ini dilewatkan ke perespon sistem pemrosesan kognitif manusia, yang membangkitkan suatu respon (misalnya jari-jari). Pengoperasioan peralatan masukan untuk memerintah operasi yang akan dilakukan oleh komputer.
Sistem pemrosen manusia merupakan sistem yang sangat kompleks, sulit dimengerti dan tidak bisa diukur secara akurat atau disajikan secara utuh dalam suatu pemodelan. Bagaimanapun, sebagai pendekatan pemodelan yang pertama dapat disajikan dan berisi 3 (tiga) bagian yaitu pemrosesan persepsi (perceptual processing), pemrosesan intelektual atau kognitif (intelectual or cognitive processing), dan kontrol motorik (motor control) yang ketiganya berhubungan dengan memori manusia. Pemodelan ini sangat mirip dengan pemodelan komputer konvensional yang terdiri dari prosesor, memory dan interaksi antara keduanya dengan melewati bus-bus. Kemiripan ini semata-mata untuk pemodelan proses dan tidak perlu disajikan dalam operasi sesungguhnya dalam suatu sistem pengolahan manusia. Kenyataanya, otak merupakan suatu jaringan neuron paralel yang bersifat masif dan memungkinkan manusia melakukan kegiatan secara paralel. Bagaimanapun, meskipun masih terbatas, model ini menyediakan pandangan yang bermanfaat bagi pengolahan pada manusia.
Sebagaimana terlihat pada gambar. ketiga sub sistem dari sistem pengolahan manusia dipisahkan dalam dua bagian; yaitu pemrosesan sadar dan pemrosesan otomatis. Pengolahan sadar terjadi jika rangsangan yang datang dibawa ke bagian intelektual dan memerlukan beberapa waktu untuk menghasilkan tanggapan. Bentuk pengolahan ini biasanya berhubungan dengan tindakan baru atau jarang dilakukan, sehingga akan menghasilkan tanggapan yang lambat. Pengolahan pada manusia juga bersifat otomatis atau pada level di bawah sadar. Pada pengolahan otomatis, semua tanggapan (respon) bersifat refleks, sehingga memerlukan waktu tanggapan yang sangat cepat. Pengolahan otomatis berhubungan dengan tindakan yang sering dilakukan sehingga menjadi tindakan yang terlatih (terbiasa) sehingga memerlukan waktu respon yang cepat.
Semua tindakan diawali sebagai pengolahan sadar atau tindakan yang diperhitungkan, tetapi dengan latihan dan pengalaman akan menjadi tindakan otomatis atau refleks seiring dengan waktu. Sekali tindakan menjadi suatu pengolahan otomatis, akan relatif tidak fleksibel dan susah diubah berbeda dengan pengolahan secara sadar tindakan sadar yang fleksibel dan dapat diubah secara mudah.
Pada level yang lebih detil, persepsi manusia, memori dan pengolahan kognitif dapat digambarkan seperti pada gambar. (Kidd, 1982). Model ini khususnya menitik-beratkan pada karakteristik memori, dengan pemodelan aliran informasi antar sensor-sensor, pengolahan memori dan intelektual dan dengan penyajian informasi yang digunakan pada level yang berbeda-beda pada otak manusia. Model ini dianalisis secara detil pada bahasan berikut.
Manusia sebenarnya juga bisa saya Ibaratkan seperti sebuah computer, Manusia memiliki tubuh yang bisa diibaratkan dengan CPU, monitor serta printer sekaligus. Manuisa juga punya jiwa (Pikiran Bawah Sadar) yang bisa diibaratkan dengan hardisk dan RAM/Random Access Memory (Pikiran Sadar), Manusia juga memiliki RUH yang bisa saya ibaratkan sebagai BIOS/Basic Input Output System.
Ruh (yang diibaratkan dengan BIOS) mengontrol kerja Jiwa/Pikiran (yang diibiratkan dengan Harddisk dan RAM) dan kerja tubuh (yang diibaratkan dengan CPU, Monitor, dan printer). Jiwa/pikiran mengontrol tubuh, sementara tubuh sesungguhnya tak lebih hanyalah sebuah tampilan yang muncul dilayar atau print out.
Jiwa/pikiran adalah alat untuk memproses, mengolah, dan menyimpan segalah macam input yang diterima oleh manusia. input itu bisa berupah data yang dibutuhkan manusia, namun juga bisa berupa dosa-dosa atau trauma yang mirip dengan virus atau warm yang bisa merusak computer.
Sedangkan Ruh yang diibratkan dengan BIOS adalah sistem yang memungkinkan segalah perangkat keras dan perangkat lunak bekerja dengan baik. Tanpa BIOS, computer tidak akan bisa menerima input, mengolah data, ataupun mengelurakan ouput apapun.
Makanya, betapapun hebatnya memori yang ada dalam jiwa seseorang, tak akan bisa dipakai lagi ketika ruh sudah tidak ada lagi. Orang mati tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bengkel computer akan bilang BIOSnya rusak. Hampir semua agama bahwa RUH adalah milik TUHAN dan Titipan TUHAN.
Dalam ayat-ayat tentang penciptaan manusia, Alqur’an menyatakan bahwa “manusia berasal dari sari patih tanah, dan ketika pada proses penciptaanya, ALLAH lalu meniupkan sebgaian RUHnya” (Almakmun ayat 21-14, At Tahrim ayat 12).
RUH sendiri merupakan sesatu yang gaib. Al qur’an menyatakan “Ruh adalah urusan Tuhan, Engkau hanya diberi ilmu sangat sedikit mengenai hal ini” karena berasal langsung dari Tuhan, Ruh selalu mengajak manusia berbuat kebaikan dan menjadi baik.
Nah, saat manusia selaluh berbuat salah dan selalu mendapat informasi yang negatif maka akan terjadi disharmoni didalam dirinya. Disharmoni itu bisa muncul akibat pertentangan antara Ruh dan Jiwa. Dan disharmoni itu bisa juga muncul akibat pertentangan antara jiwa dengan Ruh. Disharmoni ini pada akhirnya akan menurunkan fungsih tubuh, sehingga orang akan jatuh sakit atau mengalami gangguan jiwa atau psikilogi.
Secara fisik, hal itu ditandai dengan naiknya tingkat keasaman tubuh, naiknya hormon kortison, dan beberapa hal lain yang membuat daya tahan tubuh seseorang akan terus menurun, makin banyak dosa atau berbuat salah seseorang atau informasi-informasi negatif yang diterimanya, daya tahan tubuhnya akan menurun ke level yang makin rendah. Disharmoni juga berpengaruh pada penurunan fungsi kognitif seperti performa kinerja akal dan kreatifitas, sulit konsentrasi, pikian macet, sulit tidur, migrain.
Pepatah yunani mengatakan “Men Sana In Corpore Sano”. artinya dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat pula. karena terlalu seringnya kita mendengar pepatah tersebut, kitapun lantas menerimnya sebagai sebuah aksioma yang kebenranya tak perluh di buktikan lagi. Pepatah itu tidak sepenuhnya salah. tetapi juga tidak sepenuhnya benar, saya akan menunjukkan beberapa contoh kasus. Anda tentu pernah mendengar dan membaca bahwa olahragawan yang akhirnya malah berpindah profesi menjadi preman, pedagang narkoba, atau menjadi pelaku kejahatan lainya.
Jika mau contoh yang lebih extrim, Anda tentu pernah mendengar seorang petinju yang meninggal lantaran bunuh diri. Atlet tersebut di temukan meninggal tergantung pada kusen pintu rumah paman-nya di palembang pada 22 februari 2007. Belakangan pemain sepak bola jerman juga bunuh diri setelah dilanda frustasi. pertanyan-nya?.. Mana ada orang yang berjiwa sehat yang rela mengakhiri hidupnya dengan gantung diri seperti itu..?.
Pada saat yang sama, kita juga sering menemukan orang yang menyandang cacat secara fisik, tidak punya kaki, buta bahkan lumpuh, dan mengalami kecacatan fisik lainya. tetapi mereka tetap sehat, tetap bisa tersenyum, tetap bisa menatap masa depan dengan optimis, dan tak pernah merasa bahwa kecacatan dirinya itu sebagai suatu beban yang berlebihan.
Lantas, dimana kebenaran pepatah “Men Sana In Corpore Sano”..?. ilmu kedokteran belakangan malah mengakui hal yang sebaliknya. kesehatan fisik justru lebih banyak ditentukan oleh kesehatan Jiwa/Pikiran seseorang, dan bukan sebalikya.
Dr. Herbert Benson, Dekan Harvard Medical School, dalam buku karyanya yang berjudul “Relaxation Respon” Menyatakan bahwa sekitar 70% penyakit disebabkan karena jiwa/pikiran seseorang, dan bahkan saat sakitpun jiwa/pikiran merupakan penyembuh utama, peran obat-obatan farmasi tak lebih dari 35%.
Karena melihat pentingnya jiwa/pikiran yang sehat inilah akhirnya mendorong saya tuntuk mempelajari yang lebih dalam tentang pola kerja jiwa/pikiran manusia, sehingga apa yang saya pelajari dan saya kembangkan nantinya bisa bermanfaat buat diri sendir dan orang lain.
Model persepsi, kognitif dan memori manusia secara rinci disajikan pada gambar. Model ini dibuat untuk menunjukkan aliran informasi di dalam organ sensor, memori dan pengolahan intelektual sehubungan dengan penyajian informasi di otak manusia.
Model sederhana persepsi manusia, kognitif dan memori
Level yang paling jauh (outermost level) atau pengolahan perseptual, yang menyediakan koneksi dari organ-organ sensor (misal mata, telinga, dll) ke otak dapat dipandang sebagai suatu set register bufer temporer. Informasi disimpan di register ini sebelum dilewatkan ke bagian perseptual berikutnya, dan disajikan dalam bentuk tak terkode atau tak terproses. Sehingga informasi akan disimpan secara langsung dalam bentuk fisik, dan bukan dalam bentuk simbolik, yang dapat digunakan pada tahap berikutnya dari pengolahan kognitif. Sebagai contoh, suatu tulisan akan disajikan dalam memori register dalam bentuk bangunnya, sedangkan berikutnya akan disajikan dalam bentuk simbolik. Hasilnya, informasi sensori pada level ini tidak dikenali dan tidak berarti.
Penelitian menunjukkan bahwa sensori register mempunyai persistansi 0,2 detik, sementara register sensori pendengaran sebesar 2 detik. Kebanyakan orang menyadari adanya efek persintansi melalui televisi, atau pada efek filem animasi yang bergerak terus-menerus. Persistansi pada pendengaran lebih sulit untuk diterangkan, tetapi tetap dianggap sebagai hal yang penting dalam pengolahan ucapan oleh otak manusia.
Sumber :http://belajarbersama-iswara.blogspot.com
Posting Komentar